I. DASAR-DASAR
PERANGKAT KERAS JARINGAN KOMPUTER
Di dalam membentuk suatu jaringan baik itu bersifat LAN (Local Area Network) maupun WAN (Wide Area Network) membutuhkan media baik secara hardware maupun software.Beberapa media hardware yang penting didalam membangun suatu jaringan antara lain : kabel , ethernet card , repeater , hub ,bridge , dan router.
1.1 Kabel
A. Twisted Pair
Kabel merupakan media yang paling sering dan paling biasa digunakan untuk membuat jaringan contoh : UTP (Unshielded Twisted Pair) dan STP (Shielded Twist Pair) , Thick Ethernet ,Fiber Optik dll.Kabel yang sering digunakan didalam media jaringan yaitu kabel UTP.
Karakteristik kabel UTP :
1. Kabel yang merupakan kebel-kabel yang disusun berpasangan dan di twist satu sama lain.
2. Untuk kabel jenis UTP,terdiri atas empat pasang.
3. Kabel UTP biasa dapat melewatkan data
dengan bandwidth
sampai 10 Mbps sedangkan UTP kategori 5 dapat melewatkan data dengan bandwidth
100 Mbps.Di dalam membentuk suatu jaringan baik itu bersifat LAN (Local Area Network) maupun WAN (Wide Area Network) membutuhkan media baik secara hardware maupun software.Beberapa media hardware yang penting didalam membangun suatu jaringan antara lain : kabel , ethernet card , repeater , hub ,bridge , dan router.
1.1 Kabel
A. Twisted Pair
Kabel merupakan media yang paling sering dan paling biasa digunakan untuk membuat jaringan contoh : UTP (Unshielded Twisted Pair) dan STP (Shielded Twist Pair) , Thick Ethernet ,Fiber Optik dll.Kabel yang sering digunakan didalam media jaringan yaitu kabel UTP.
Karakteristik kabel UTP :
1. Kabel yang merupakan kebel-kabel yang disusun berpasangan dan di twist satu sama lain.
2. Untuk kabel jenis UTP,terdiri atas empat pasang.
3. Kabel UTP biasa dapat melewatkan data
4. STP lebih tahan interferensi daripada UTP dan dapat beroperasi pada kecepatan yang bisa lebih dari 100 Mbps.
B. Kabel Koaksial
Kabel ini mempunyai bandwidth yang lebih lebar sehingga dapat digunakan komunikasi broadband (Multiple Channel).Kabel koaksial banyak jenisnya antara lain Thick Koaksial yang banyak digunakan untuk kabel Backbone pada instalasi jaringan Ethernet suatu jaringan.
C. Fiber Optik
Kabel mempunyai bandwidth yang lebih besar dari pada kabel yang lain.Karakteristik dari kabel ini tidak terpengaruh oleh adanya cuaca dan panas.
1.2 Ethenet Card
Dikembangkan oleh Xerox Corp dan sekarang sudah diterima sebagai standart IEEE 802.3.Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain.Ethernet menggunakan metode CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Acces / Collision Detection) baseband.Metode CSMA/CD merupakan suatu metode pengiriman yaitu sebelum paket data dikirimkan, setiap node melihat apakah network sedang mengirimkan paket data yang lain.Jika network sedang terjadi pengiriman paket data, maka node tersebuit menunggu sampai tidak ada lagi pengiriman paket data oleh node yang lain.Jika tidak ada pengiriman paket data yang lain maka node tersebut akan mengirimkan paket data.Jika pada saat bersamaan dua node mengirimkan paket data,maka terjadi collision/tabrakan.Hal ini diketahui dengan cara mengukur tegangan kabel, jika tegangannya melebihi tegangan tertentu maka terjadi collision.Jika terjadi collision, maka masing –masing ethernet card berhenti mengirimkan data kembali dengan selang waktu yang acak.Karena waktu tersebut secara acak, maka kemungkinan collision telah lanjut semakin kecil.
Setiap Ethernet card mempunyai alamat sepanjang 48 bit yang dikenal sebagai Ethernet address.
1.3 Repeater.
Fungsi utama repeater yaitu untuk memperkuat sinyal dengan cara menerima sinyal dari suatu segmen kabel LAN lalu memancarkan kembali dengan kekuatan yang sama dengan sinyal asli pada segmen kabel yang lain.Dengan cara ini jarak antara kabel dapat diperjauh.
Penggunaan repeater antara dua segmen atau lebih segmen kabel LAN mengharuskan penggunaan protocol Physical layer yang sama antara segmen-segmen kebel tersebut misalnya repeater dapat menghubungkan dua buah segmen kabel Ethernet 10BASE2.
1.4 Bridge.
Fungsi dari bridge itu sama dengan fungsi repeater tapi bridge lebih fleksibel dan lebih cerdas daripada repeater Bridge dapat menghubungkan jaringan yang menggunakan metode transmisi yang berbeda.Misalnya bridge dapat menghubungkan Ethernaet baseband dengan Ethernet broadband.
Bridge mampu memisahkan sebagian dari trafik karena mengimplementasikan mekanisme pemfilteran frame (frame filtering).Mekanisme yang digunakan di bridge ini umum disebut sebagai store and forward. Walaupun demikian broadcast traffic yang dibangkitkan dalam LAN tidak dapat difilter oleh bridge.
1.5 Switch.
Tujuan dalam menghubungkan LAN menggunakan repeater dan bridge adalah meningkatkan keleluasaan atas beberapa keterbatasan media komunikasi LAN. Alat penghubung ini mampu menambah jumlah perangkat jaringan yang terhubung dalam LAN.
1.6 Converter.
Converter dapat dianggap sebagai tipe divais yang berbeda daripada repeater, bridge, router dan dapat digunakan secara bersama-sama.Converter memungkinkan sebuah aplikasi yang berjalan dalam suatu system berkomunikasi dengan aplikasi yang berjalan dalam system yang lain yang berjalan di atas arsitektur network yang berbeda dengan system tersebut.
II. TOPOLOGI JARINGAN
2.1 Topologi Bus
Topologi ini merupakan satu kabel yang kedua ujungnya ditutup , dimana sepanjang kabel terdapat node-node. Signal dalam topologi ini melewati dalam dua arah dalam sebuah kabel sehingga memungkinkan sebuah collision terjadi. Topologi ini memiliki kekurangan yaitu apabila ada segmen kabel yang putus maka seluruh jaringan akan terhenti.
2.2 Topologi Ring
Topologi jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node,Signal mengalir dalam satu arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision ,sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat.Problem dari tipe topologi jaringan ini yaitu apabila segmen kabel putus maka seluruh jaringan akan putus.
2.3 Topologi Star
Karakteristik dari topologi jaringan ini bahwa setiap node berkomunikasi langsung dengan central node , traffic data mengalir dari node ke central node dan kembali lagi.Jika salah satu segmen kabel putus , jaringan ini tidak terputus.
topologi star
III. ARSITEKTUR JARINGAN
3.1 Ethernet
Ethernet bekerja berdasarkan broadcast network , dimana setiap node meneriman setiap transmisi data yang dikrimkan dari suatu node yang lain.Cara kerja Ethernet sebagai berikut : sebelum mengirimkan paket data , setipa node memeriksa apakah network dalam keadaan sibuk atau tidak.Jika network busy , node itu menunggu sampai tidak ada sinyal di dalam network.Jika pada saat bersamaan ada dua node yang mengirimkan data , maka terjadi collision.Jika terjadi collision , kedua node
Menunggu dengan waktu yang acak.Implementasi Ethernet dapat dilakukan dengan berbgai media antara lain :
1. 10baseT : menggunakan kabel UTP , 10 Mbps , baseband.
2. 10base2 : menggunakan kabel thin coax , 10 Mbps ,baseband.
3. 10base5 : menggunakan kabel thick coax , 10 Mbps , baseband.
3.2 Token Ring
Untuk menghindari collision tidak menggunakan collision detect melainkan token passing scheme. Token passing scheme dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut: Sebuah token yang bebas mengalir pada setiap node melalui network.Saat sebuah node ingin mengirimkan paket , node itu meraih dan melekatkan frame atau paketnya ke token.Sekarang token tidak dapat lagi oleh node yang lain sampai data itu sampai tujuannya.Jika telah sampai token dilepaskan lagi oleh originating station.Token mengalir di network dalam satu arah dan setiap station di poll satu-persatu.
3.3 ARCnet
Arsitektur ini menggunakan prinsip token passing scheme dan broadcast.Kecepatannya 2.5 Mbps dan 20 Mbps. Arsitektur ini menggunakan topologi fisik star.Tidak dapat bekerja dalam satu bus sehingga jarang digunakan pada internetworking UNIX-DOS.
3.4 FDDI
FDDI (Fiber Distributed Data Intrface) digunakan dengan kabel fiber optic.Arsitektur ini bekerja berdasarkan dua ring konsentrik , masing-masing berkecepatan 100 Mbps , dengan menggunakan token passing scheme.
Salah satu dapat berfungsi sebagai back-up atau dibuat sebagai pengirim saja (mengirim dan meneriman dalam arah yang berbeda).Tidak compatible dengan ethenet , namun dapat dienkapsulasi dalam paket FDDI.
FDDI RING
3.5 CDDI
CDDI (Copper Distributed Data Interface) merupakan standart dari FDDI yang diimplementasikan pada kabel.Arsitektur ini mencapai kecepatan 100 Mbps.Panjang segmen kabel lebih kecil 100 m (untuk jenis kabel STP) dan 50 m (untuk jenis kabel UTP).
IV. POLA OPERASI LAN
4.1 Peer to peer
Peer to peer adalah suatu pola operasi LAN dimana tiap PC memakai resource pada PC lain maupun memberikan resourcenya untuk dipakau PC lain atau dengan kata lain dapat berfungsi sebagai client maupun server pada periode yang sama.Misalnya :windows for Workgroups , Windows NT ,Microsoft LAN Manager.
4.2 Client-Server
Model operasi LAN dimana suatu stasiun berfungsi sebaai server yang memberikan pola pelayanan ke stasiun lain (client) , dimana akses delakukan secara transparan dari stasiun client pada jaringan tersebut.
Jenis Pelayanan Client-Server antara lain :
1. File Server : memberikan layanan fungsi pengelolaan file.
2. Print Server : memberikan layanan fungsi pencetakan.
3. Database Server : proses-proses fungsional mengenai database dijalankan pada mesin ini dan stasiun lain dapat minta pelayanan.
4. DIP (Document Information Processing) : memberikan pelayanan fungsi penympanan , manajemen dan pengambilan citra.
Misalnya : Linux , Novell.
V. IP ADDRESS
5.1 Pendahuluan
IP Address merupakan pengenal yang digunakan umtuk memberi alamat host internet. Format IP address adalah bilangan 32 bit yang tiap 8 bitnya dipisahkan oleh tanda titik. Adapun format IP Address dapat berupa bentuk ‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x merupakan bilangan biner). Atau dengan bentuk empat bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh titik bentuk ini dikenal dengan ‘dotted decimal’ (xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari satu oktet/delapan bit).
IP address (yang berjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas yakni:
Kelas A
Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama : 0
Panjang NetID : 8 bit
Panjang HostID : 24 bit
Byte pertama : 0-127
Jumlah : 126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP : 16.777.214 IP Address pada setiap Kelas A
Dekripsi : Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar
Kelas B
Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama : 10
Panjang NetID : 16 bit
Panjang HostID : 16 bit
Byte pertama : 128-191
Jumlah : 16.384 Kelas B
Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah IP : 65.532 IP Address pada setiap Kelas B
Deskripsi : Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang
Kelas C
Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit pertama : 110
Panjang NetID : 24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama : 192-223
Jumlah : 2.097.152 Kelas C
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah IP : 254 IP Address pada setiap Kelas C
Deskripsi : Digunakan untuk jaringan berukuran kecil
Kelas D
Format : 1110mmmm.mmmmmmm. mmmmmmm. mmmmmmm
Bit pertama : 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte inisial : 224-247
Deskripsi : Kelas D digunakan untuk keperluan IP multicasting
(RFC 1112)
Kelas E
Format : 1111rrrr.rrrrrrrr. rrrrrrrr. rrrrrrrr
Bit pertama : 1111
Bit cadangan : 28 bit
Byte inisial : 248-255
Deskripsi : Kelas E adalah kelas yang dicadangkan
untuk keperluan eksperimental.
Selain network ID, istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk jaringan ialah Network Prefix. Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx, network prefixnya dituliskan sebagai 12/8. Angka delapan menunjukan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix. Untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/16. Angka 16 merupakan panjang bit untuk network prefix pada IP address kelas B.
5.2 Pengalokasian IP address
IP Address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID. Network ID menunjukkan nomor network, sedangkan host ID mengidentifkasikan host dalam satu network. Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network ID dsan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP address se-efisien mungkin.
Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang hendak digunakan. Aturan tersebut adalah :
Network ID tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 tidak dapat digunakan karena ia secara default digunakan dalam keperluan ‘loop-back’.(‘Loop-Back’ adalah IP address yang digunakan komputer untuk menunjukan dirinya sendiri).
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255 (seluruh bit diset 1)
Network ID dan host ID tidak boleh semua bitnya diset 1, karena akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan alamat yang mewakili seluruh anggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat ini akan menyebabkan paketini didengarkan oleh seluruh anggota network tersebut.
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit diset 0)
Karena IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network adalah alamat yang digunakan untuk menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukan suatu host.
Host ID harus unik dalam suatu network
Dalam satu network, tidak boleh ada dua host dengan host ID yang sama.
a. Subnetting
Untuk mengefisienkan alokasi IP Address, dilakukan subneting. Subnetting ialah proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit. Untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask.
Kegunaan Subnetting
Kegunaannya adalah untuk memecah network ID yang dimiliki oleh suatu organisasi nenjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil. Adapun hal ini dilakukan karena sebuah organisasi mempunyai lebih dari satu jaringan/LAN, yang masing-masing jumlah hostnya tidak sebesar jumlah maksimal IP host yang disediakan oleh satu kelas IP address dari network ID yang dimiliki organisasi tersebut. Hal ini dapat terjadi karena: teknologi yang berbeda, keterbatasan teknologi, ‘kongesti’ pada jaringan, dan hubungan ‘point-to-point’.
Subnet mask
Subnet mask ialah angka biner 32 bit yang digunakan untuk :
Membedakan network ID dan host ID.
Menentukan letak suatu host, apakah berada di dalam atau di luar jaringan.
Pada subnet mask, seluruh bit yang berhubungan dengan network ID diset 1. Sedangkan bit yang berhubungan dengan host ID diset 0. IP address kelas A misalnya, secara default memiliki subnet mask 255.0.0.0 yang menunjukkan batas antara nework ID dan host ID IP address kelas A. Dalam ‘subnetting’, proses yang ialah memakai sebagian bit host ID untuk membentuk subnet ID.
Dengan demikian jumlah bit yang digunakan untuk host ID menjadi lebih sedikit. Semakin panjang subnet ID, jumlah subnet yang dapat dibentuk semakin banyak, namun jumlah host dalam setiap subnet menjadi semakin sedikit. Dengan demikian, network prefix tidak lagi sama dengan network ID. Network ID yang baru adalah network ID ditambah subnet ID. Dan untuk membedakan dari yang lama digunakan istilah ‘extended network prefix’.
Dalam melakukan subnetting, kita harus terlebih dahulu menentukan seberapa besar jaringan kita saat ini, serta kemungkinannya dimasa mendatang. Untuk hal tersebut kita dapat mengikuti beberapa petunjuk umum berikut:
Tentukan dulu jumlah jaringan fisik yang ada
Tentukan jumlah IP address yang dibutuhkan oleh masing-masing jaringan.
Berdasarkan requirement ini, definisikan:
Satu subnet mask untuk seluruh network
Subnet ID yang unik untuk setiap segmen jaringan
Range host ID untuk setiap subjek
Cara paling sederhana dalam membentuk subnet ialah mengalokasikan IP Address sama rata untuk setiap subnet. Namun hal ini hanya cocok jika alokasi IP yang kita miliki besar sekali atau kita menggunakan IP privat, dan jaringan menjalankan protokol routing RIP versi 1. Jika kita ingin membuat jaringan dengan subnet berukuran berbeda, RIP versi 1 tidak dapat digunakan. Alokasi IP dengan subnet yang besarnya berbeda-beda sesuai kebutuhan disebut sebagai VLSM (Variable Lenght Subnet Mask). VLSM dapat menghasilkan alokasi IP yang lebih efisien.
Apa solusi bagi Internet di masa depan ? jawabannya adalah IPv6. Memiliki nama lain IPng (IP next generation), IPv6 merupakan protokol Internet baru yang dikembangkan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi Internet di masa depan. IPv6 dirancang untuk berjalan diatas jaringan kecepatan tinggi (Gigabit Ethernet, ATM, Packet over Sonet) dan bersamaan itu pula dapat berjalan dengan optimal pada jaringan kecepatan rendah (Wireless).
5.4 IPv6
Mengapa dinamai IPv6 ? IP yang kita pakai sekarang disebut IPv4, menunjukkan versi protokol IP tersebut, yaitu versi 4. IPv6 dinamai demikian untuk menunjukkan bahwa protokol IP tersebut adalah protokol IP versi 6.
Sangat disadari bahwa IPv4 yang ada sekarang tidak mungkin dipindah secara langsung menjadi IPv6. Oleh karena itu IPv6 memiliki mekanisme transisi yang dirancang untuk memudahkan pengguna IPv4 untuk menjalankan IPv6 diatas IPv4 untuk sementara waktu tanpa perubahan yang berarti.
5.5 Fitur yang dimiliki IPv6
IPv6 memiliki beberapa fitur yang mampu mengantisipasi perkembangan aplikasi masa depan dan mengatasi kekurangan yang dimiliki pendahulunya, yaitu IPv4. Fitur-fitur tersebut adalah :
1. Jumlah IP address yang sangat banyak. IPv6 terdiri dari 128 bit, dengan jumlah IP address yang dapat dipakai mencapai 3.4 x 10^38 IP address. Jumlah ini sangatlah besar, sehingga apabila nantinya setiap penduduk dunia (7 milyar) memiliki 10 milyar IP address, dan manusia sudah menjadikan Mars sebagai planet tempat tinggal kedua setelah Bumi, maka IP address ini masih dapat dipakai oleh seluruh penduduk Mars (asumsi jumlahnya sama-sama 7 milyar, dan masing-masing memiliki 10 milyar), maka alokasi IP address bagi penduduk Bumi dan Mars ini baru mencakup 1 persen dari alokasi alamat IPv6 yang ada! Alokasi IP address yang sangat banyak ini berguna untuk memberikan IP address kepada hampir semua perangkat yang ada di sekitar anda, mulai dari mobil, lemari es, jam tangan, pintu, jendela, bahkan pada celana anda!
2. Autoconfiguration. IPv6 dirancang agar penggunanya tidak dipusingkan dengan konfigurasi IP address. Komputer pengguna yang terhubung dengan jaringan IPv6 akan mendapatkan IP address langsung dari router, sehingga nantinya DHCP server tidak diperlukan lagi. Autoconfiguration nantinya sangat berguna bagi peralatan mobile Internet karena pengguna tidak direpotkan dengan konfigurasi sewaktu ia berpindah tempat dan jaringan.
3. Sekuriti. IPv6 telah dilengkapi dengan protokol IPSec, sehingga semua aplikasi telah memiliki sekuriti yang optimal bagi berbagai aplikasi yang membutuhkan keamanan, misalnya transaksi e-commerce.
4. Quality of Service. IPv6 memiliki protokol QoS yang terintegrasi dengan baik, sehingga semua aplikasi yang berjalan diatas IPv6 memiliki jaminan QoS, terutama bagi aplikasi yang sensitif terhadap delay seperti VoIP dan streaming video.
VI. DNS
A.Pendahuluan.
Dalam berkomunikasi, antar komputer sudah cukup menggunakan alamat ip. Namun karena keterbatasan kemampuannya, manusia memerlukan sebuah nama untuk saling kenal dan oleh karena itu DNS ada.Keberadaan DNS ini bersifat terdistribusi di seluruh dunia.Dengan pendistribusian ini,masing – masing organisasi bertanggung jawab atas database yang berisi informasi mengenai jaringannya sendiri.Misalnya DNS server ITB hanya bertanggung jawab atas domain itb.ac.id.
Informasi yang disimpan dalam DNS server berupa alamat IP dan namahost.Oleh karena itu format penamaan host harus konsisten untuk semua host.Format penamaan host di internet dibuat membentuk hierarki.Skema hierarki tersebut membentuk tree.Satu titik atau node membentuk tree memiliki beberapa subnode, dan setiap subnode membentuk beberapa tree yang memiliki beberapa subnode.Setiap node memiliki label yang disebut domain.Domain ini bisa berupa namahost,subdomain atau top level domain. Nama domain di dunia dipecah menjadi .com .org .edu .gov dan .mil dan di Indonesia diubah sedikit menjadi .co.id .or.id .ac.id .go.id dan .mil.i
Domain teratas ialah root domain.Domain ini ditulis dalam bentuk titik(“.”). Semua node yang berada tepat dibawah root domain adalah top level domain.Node yang berada tepat dibawah top level domain disebut seconde level domain dan semua node yang berada di bawah second level domain disebut third level domain.
Sebagai contoh :
Web.master.arc.net
Tanda ”.” menunjukkan Root Domain.
net menunjukkan top level domain.
arc menunjukkan second level domain.
master menunjukkan third level domain.
web menunjukkan nama host/komputer.
Resolver adalah bagian dari program aplikasi yang berfungsi menjawab pertanyaan program aplikasi tentang domain.Resolver akan menjawab pertanyaan dengan dua cara yaitu
melihat isi cachenya (apabila pertanyaan tersebut pernah ditanyakan dan jawabanya disimpan dalam cache.
Bertanya / query kepada dns server lokal serta menginterpretasikan hasilnya.
DNS Server terdiri atas 3 jenis :
Cache, jenis ini tidak mempunyai data nama – nama host dari domain tertentu.Ia hanya mencari jawaban dari beberapa dns server dan menyimpan hasil di dalam cachenya untuk keperluan mendatang.
Primary (master) , adalah dns server yang memegang daftar lengkap dari sebuah domain yang dikelolanya.Misalnya server ns1.itb.ac.id memegang otoritas penuh atas domain “itb.ac.id”
Secondary (slave), adalah backup dari primary server apabila primary servernya crash atau untuk mempermudah pendelegasiannya.Secondary server juga memuat daftar lengkap dari sebuah domain, sama seperti primary server.
Misalnya seorang pengguna yang berada dalam jaringan atau network itb, dengan menggunakan browser internet explorer mengakses situs www.worldfriend.web.id. Maka langkah pertama yang dilakukan browser adalah bertanya kepada resolver di komputer tsb berapa ip address dari www.arc.itb.ac.id.Resolver akan mencari jawaban dengan melihat isi dari cache.Apabila situs tersebut pernah diakses sebelumnya maka informasi mengenai situs tsb(ip address) telah ada dalam cache dan resolver akan segera memberitahu jawabannya ke browser.Namun bila jawabannya belum ada dalam cache,maka resolver akan mengontak dns server lokal yang menjadi defaultnya( dns server itb) dan memberi jawabannya ke browser.
Dalam kasus yang berbeda jika name server tidak mengetahui jawabannya (atau name server tidak autoritative untuk zona tsb .Maka name server ini akan bertanya kepada name server lain yang lebih autoritative yaitu Root DNS.Root DNS pasti mempunyai database yang dimaksud dan memberikan kepada dns server lokal.Root DNS memuat seluruh daftar nama yang ada di dunia.Dan Root DNS server ini tidak hanya terdiri atas satu server saja melainkan sekitar 13 server yang diletakkan di seluruh dunia.
Misalnya seorang pengguna yang berada dalam jaringan atau network itb mengakses situs http://www.google.com.
Resolver akan mencari jawaban di cache, apabila ada maka langsung diberikan ke browser dan apabila tidak ada maka resolver akan mengontak dns server lokal.Apabila jawabannya ada maka langsung diberikan ke browser.Apabila jawaban yang dicari tidak ada dalam dns server lokal( dns server itb=untuk zone itb), maka dns server lokal akan mencari jawaban ke dns server yang lebih autoritative yaitu Root DNS server.Root DNS kemudian memberikan jawabannya ke dns server lokal yang pada akhirnya menyampaikan jawaban ke client tadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar